A. PENGERTIAN
Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder,
kemungkinan keberdaannya dalam daun dipengaruhi oleh adanya proses fotosintesis
sehingga daun muda
belum terlalu banyak mengandung flavonoid Flavonoid adalah salah
satu jenis senyawa yang bersifat racun/ aleopati terdapat pada kulit jeruk manis, merupakan
persenyawaan glucoside yang terdiri dari gula yang terikat dengan flavon. Flavonoid
yang tidak ada rasanya disebut hesperidin, sedangkan
limonin menyebabkan rasa pahit
dan mempunyai
sifat yang khas yaitu bau yang sangat tajam, sebagian besar merupakan pigmen warna kuning, dapat larut dalam air dan pelarut organik, mudah terurai pada temperatur tinggi. Senyawa flavonoid adalah senyawa yang
mempunyai struktur C6-C3-C6. Tiap bagian C6 merupakan cincin benzene yang
terdistribusi dan dihubungkan oleh atom C3 yang merupakan rantai alifatik.
Flavonoid merupakan salah satu dari sekian banyak senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh suatu tanaman, yang bias dijumpai pada bagian daun, akar, kayu,
kulit, tepung sari, bunga dan biji. Secara
kimia, flavonoid mengandung cincin aromatic tersusun dari 15 atom karbon dengan inti dasar tersusun dalam konjugasi C6-C3-C6 (dua inti aromatik terhubung dengan 3
atom karbon) (10, 11). Keberadaan cincin aromatik menyebabkan pitanya terserap kuat pada daerah panjang UV-vis.
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam
yang terbesar. Golongan
flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae.
flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae.
B. KLASIFIKASI
Flavonoid
digolongkan berdasarkan penambahan rantai oksigen dan perbedaan distribusi dari
gugus hidroksil antara lain flavon, isoflavon, flavonol.
Group
|
Skeleton
|
Contoh
|
||||||
Gambaran
|
Gugus fungsi
|
Rumus Struktur
|
||||||
3-hidroksil
|
2,3-dihidro
|
|||||||
2-phenylchromen-4-one
|
X
|
X
|
||||||
3-hydroxy-2-phenylchromen-4-one
|
V
|
X
|
|
|||||
2,3-dihydro-2-phenylchromen-4-one
|
X
|
V
|
|
|||||
Flavanonol
or 3-Hydroxyflavanone or 2,3-dihydroflavonol |
3-hydroxy-2,3-dihydro-2-phenylchromen-4-one
|
V
|
V
|
|
C.
JALUR
SINTESIS
1.
Metode Penyarian
Pengambilan bahan aktif dari suatu tanaman, dapat
dilakukan dengan ekstraksi.
Dalam proses ekstraksi ini, bahan aktif akan terlarut oleh zat penyarian yang sesuai sifat kepolarannya. Metode ekstraksi
dipilih berdasarkan beberapa faktor
seperti sifat dari bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam
memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati
sempurna. Metode-metode
ekstraksi yang sering digunakan
diantaranya :
a.
Maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling
sederhana. Bahan simplisia yang
dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong-potong atau berupa serbuk kasar) disatukan
dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman
tersebut disimpan terlindung dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau perubahan
warna) dan dikocok kembali. Waktu lamanya
maserasi berbeda-beda antara 4-10 hari. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya
ekstraksi absolute. Semakin besar perbandingan
cairan pengekstraksi terhadap simplisia, akan semakin banyak hasilyang
diperoleh
b.
Perkolasi
Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris
atau kerucut (perkolator),
yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstraksi yang dialirkan secara
terus-menerus dari atas, akan mengalir turun secara
lambat melintasi simplisia yang umumnya berupa serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut secara
terus-menerus, akan terjadi proses maserasi bertahap
banyak. Jika pada maserasi sederhana, tidak terjadi ekstraksi yang sempurna dari simplisia karena akan
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan
dalam sel dengan cairan disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui suplai bahan pelarut segar, perbedaan
konsentrasi tadi selalu dipertahankan. Dengan
demikian ekstraksi total secara teoritis dimungkinkan (praktis jumlah bahan yang dapat diekstraksi mencapai
95% .
c.
Soxhletasi
Soxhletasi dilakukan dalam sebuah alat yang disebut
soxhlet. Cairan penyari diisikan
pada labu, serbuk simplisia diisikan pada tabung dari kertas saring, atau tabung yang berlubang-lubang dari gelas,
baja tahan karat, atau bahan lain yang cocok.
Cairan penyari dipanaskan hingga mendidih. Uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping, kemudian
diembunkan kembali oleh pendingin tegak. Cairan
turun ke labu melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Cairan penyari sambil turun melarutkan zat aktif serbuk
simplisia. Karena adanya sifon maka setelah
cairan mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan kembali ke labu.
2.
Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis ialah metode pemisahan
fisikokimia. Lapisan yang
memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas,
logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang
akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam
bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang
yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan). Selanjutnya,
senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan
(dideteksi). Kromatografi
lapis tipis digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofob seperti
lipida-lipida dan hidrokarbon. Sebagai fase diam digunakan
senyawa yang tak bereaksi seperti silica gel atau alumina. Silica gel biasa diberi pengikat yang dimaksudkan
untuk memberikan kekuatan pada lapisan dan
menambah adhesi pada gelas penyokong. Pengikat yang biasa digunakan adalah kalsium sulfat (Sastrohamidjojo,
1991).
Fase
diam pada KLT dapat berupa fase polar maupun non polar,
diantaranya
:
a.
Silica gel
Fase
diam ini dapat digunakan sebagai fase polar maupun non polar. Untuk fase polar, merupakan silika yang
dibebaskan dari air, bersifat sedikit asam. Silica gel perlu
ditambah gips (kalsium sulfat) untuk memperkuat pelapisannya pada pendukung. Sebagai pendukung biasanya
lapisan tipis digunakan kaca dengan ukuran
20x20 cm, 10x20 cm, atau 5x10 cm. pendukung yang lain berupa lembaran alumunium atau plastik seperti
ukuran di atas yang umumnya dibuat oleh
pabrik. Silica gel kadang-kadang ditambah senyawa fluoresensi, agar bila disinari dengan sinar UV dapat
berfluoresensi atau berpendar, sehingga dikenal dengan
silica gel GF254 yang berarti silica gel dengan fluoresen yang
berpendar pada 254 nm. Silica gel untuk
fase non polar terbuat dari silika yang dilapisi dengan senyawa non polar misalnya, lemak,
parafin, minyak silikon raber gom, atau lilin. Dengan
fase tersebut fase gerak air yang polar dapat digunakan sebagai eluen.
Fase
diam ini dapat memisahkan banyak senyawa, namun elusinya sangat lambat dan hasil uji ulangnya kurang bagus
(Sumarno, 2001).
b.
Alumina (alumunium oksida)
Fase
diam ini bersifat sedikit basa, lebih jarang digunakan. Saat akan digunakan harus diaktifkan kembali
dengan pemanasan. Alumina yang digunakan sebagai
fase diam untuk KLT umumnya yang bebas air, sehingga mempunyai aktivitas penjerapan lebih tinggi
(Sumarno, 2001).
c.
Kiselguhr
Fase
diam ini sebenarnya merupakan asam silika yang amorf, berasal dari kerangka diatomeae, maka lebih dikenal
dengan nama tanah diatomeae, kurang bersifat
adsorptif dibanding silika (Sumarno, 2001).
d.
Magnesium silikat
Fase
diam ini hanya digunakan bila adsorben atau penjerap lain tidak dapat digunakan. Nama lain dalam perdagangan
dikenal dengan floresil.
e.
Selulose
Polaritasnya
tinggi dapat digunakan sebagai pemisah secara partisi, baik dengan bentuk kertas maupun bentuk
lempeng. Kedua bentuk tersebut masih sering
digunakan untuk pemisahan flavonoid. Ukuran partikel yang digunakan kira-kira 50 μm, maka elusinya lebih
lambat. Fase diam ini sekarang sudah diganti dengan
bubuk selulosa yang dapat dilapiskan pada kaca seperti halnya fase diam yang lain sehingga lebih efisien dan
lebih banyak digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa
polar atau isomer.
f.
Resin
Fase
diam resin digunakan pada KLT penukar ion. Resin merupakan polimer dari stirendivenil yang mengalami
kopolimerisasi, bersifat non polar. Fase diam ini
sangat berguna untuk memisahkan senyawa berbobot molekul tinggi dan bersifat amfoter seperti asam amino,
protein, enzim, nukleotida. Sebagai fase gerak
digunakan larutan asam kuat atau basa kuat. Fase gerak ialah medium angkut dan
terdiri atas satu atau beberapa pelarut.
Yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik. Sistem pelarut multikomponen ini harus berupa satu
campuran sesederhana mungkin yang terdiri atas
maksimum tiga komponen. Jarak
pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakandengan angka Rf atau
hRf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar