A.
Radiasi elektromagnetik (REM)
Radiasi
elektromagnetik adalah energi yang dipancarkan menembus ruang dalam bentuk
gelombang-gelombang. Untuk menggambarkan sifat-sifat REM, digunakan 2 teori
yang saling melengkapi yaitu teori panjang gelombang dan teori korpuskuler.
Teori panjang gelombang digunakan untuk menerangkan beberapa parameter REM yang
berupa kecepatan, frekuensi, panjang gelombang, dan amplitude, dan tidak dapat
menerangkan fenomena-fenomena yang berkaitan dengan serapan atau emisi dari
tenaga radiasi. Untuk proses ini, maka diperlukan teori korpuskuler yang
menyatakan bahwa radiasi elektromagnetik sebagai partikel yang bertenaga yang
disebut foton. Tenaga foton berbangding langsung dengan frekuensi radiasi.
Ada 2 teori yang
digunakan :
1. Teori
panjang gelombang dan kecepatan
REM juga dicirikan dengan frekuensi (banyaknya
daur.lingkar lengkap tiap detik). Radiasi dengan frekuensi lebih tinggi
mengandung gelombang lebih banyak per detik. Hubungan antara panjang gelombang
dan frekuensi adalah sbb:
v = frekuensi (Hertz)
C = cepat rambat gelombang (3x108 m/s)
λ = panjang gelombang (cm)
2. Teori partikel
atau foton
- Cahaya adalah
sumber energi
- REM dipancarkan
dalam bentuk paket-paket energi yang menyerupai partikel yang disebut foton
atau kuantum. Energi suatu foton memiliki hubungan sebagi berikut :
E=hv
E = energi foton
H = tetapan Planck
Suatu molekul memiliki panjang gelombang
sendiri-sendiri. Panjang gelombang suatu molekul memiliki panjang gelombang
yang tetap untuk terjadinya absorbansi yang maksimum.
B.
Zat – Zat Pengoksidasi
Penyerapan
sinar tampak atau ultraviolet oleh suatu molekul dapat menyebabkan terjadinya
eksitasi molekul tersebut dari tingkat energy dasar ke tingkat energy yang
lebih tinggi. Proses ini melalui dua tahap:
Tahap 1 : M
+ hv → M*
Tahap 2 : M*
→ M + heat
Umur molekul yang tereksitasi M* ini sangat pendek (10-8-10-9
detik) dan molekul kembali ke tingkat dasar lagi M. Proses ini disebut reaksi
fotokimia.
Tiga
jenis transisi electron, yaitu:
1.
Zat pengoksdasi
yang mengandung electron p,
σ, dan n
Zat pengoksdasi yang
mengandung electron p,
σ, dan n meliputi molekul/ion organic juga sejumlah ion anorganik. Semua
senyawa organic mampu mengabsorbsi cahaya, sebab semua senyawa organic
mengandung electron valensi yang dapat dieksitasi ke tingkat energy yang lebih
tinggi. Energy eksitasi untuk electron
membentuk ikatan tunggal adalah cukup tinggi sehingga pengabsorsiannya terbatas
pada daerah ultra violet vakum (λ <185 nm), di mana komponen-komponen
atmosfer juga mengabsorbsi secara kuat.
2.
Absorbsi yang
melibatkan electron d dan f
Kebanyakan ion – ion logam
transisi mengabsorbsi radiasi di daerah spectrum ultra violet atau sinar
tampak. Untuk deret lantanida dan aktinida, proses pengabsorbsian menyebabkan
transisi electron 4f dan 5f. Sedangkan untuk deret pertama dan kedua logam transisi
menyebabkan transisi electron 3d dan 4d.
3.
Absorbsi
perpindahan muatan (Charge-Transper Absorption)
Zat – zat yang menunjukkan
absorbs perpindahan muatan sangat penting, karena absorbtivitas molarnya sangat
besar (Smax > 10.000). Hal ini
meningkatkan kesensitipan pendekatan dan penentuan zat-zat pengabsorbsi.
Beberapa komplek anorganik memperlihatkan absorbs perpindahan muatan dan
karenanya disebut komplek perpindahan muatan (Charge-transfer complexes).
Contoh yang umum dari komplek tersebut adalah komplek – komplek besi (III)
tiosianat dan fenolat, besi (II) o-penantrolina, komplek molekul yodium yodida,
dan komplek fero-feri sianida yang berwarna biru Prussia.
C.
Kromofor
Tabel 1.1 memperlihatkan kromofor organic
yang umum dan perkiraan lokasi absorbs maksimumnya. Data ini hanya dapat
memberikan petunjuk kasar untuk identifikasi gugus fungsional, karena posisi
maksimal juga dipengaruhi oleh pelarut dan struktur molekul kromofor.
Pengaruh
Konjugasi Kromofor
Dalam
orbital molekul, electron p
dianggap terdelokalisasi oleh proses konjugasi, artinya electron p dapat berpindah tempat di dalam molekul. Pengaruh delokalisasi
ini menurunkan tingkat energy orbital p* dan membuatnya kurang bersifat antibonding. Akibatnya
absorbs maksimum digeser ke panjan gelombang yang lebih besar.
Tabel 1.1 Sifat Absorbsi beberapa Kromofor
kromotor
|
contoh
|
pelarut
|
λmax (nm)
|
Smax
|
transisi
|
alkena
|
C6H13CH=CH2
|
n-neptana
|
177
|
13000
|
p®p*
|
alkuna
|
C6H11CºC-CH3
|
idem
|
178
|
10000
|
p®p*
|
196
|
2000
|
-
|
|||
225
|
160
|
-
|
|||
karbonil
|
CH3COCH3
|
n-heksana
|
186
|
1000
|
n®σ*
|
280
|
16
|
n®p*
|
|||
CH3COH
|
idem
|
180
|
besar
|
n®σ*
|
|
293
|
12
|
n®p*
|
|||
karboksilat
|
CH3COOH
|
etanol
|
204
|
41
|
n®p*
|
amida
|
CH3CONH2
|
air
|
214
|
60
|
n®p*
|
azo
|
CH3N = NCH3
|
etanol
|
339
|
5
|
n®p*
|
nitro
|
CH3NO2
|
Isooktana
|
280
|
22
|
n®p*
|
nitroso
|
C4H9NO
|
etyleter
|
300
|
100
|
-
|
665
|
20
|
n®p*
|
|||
nitrat
|
C2H6ONO2
|
dioxan
|
270
|
12
|
n®p*
|
D.
Auksokrom
Ø Suatu subtituen pada kromofor yang menghasilkan
pergeseran merah
Ø Ciri auksokrom adalah heteroatom yang langsung terikat
pada kromofor, misalnya : CH3O-, Cl-, OH-,
NH2.
Ø Contoh : pada konjugasi pasangan electron bebas pada
atom nitrogen dari enamina akan mengeser serapan maksimum dari harga ikatan
ganda terisolasi pada 190nm ke 230nm. Subtituen nitrogen adalah auksokrom.
Suatu auksokrom akan memperpanjang kromofor dan menghasilkan suatu kromofor
baru.
Pergeseran merah atau efek batokromik merupakan
pergeseran serapan maksimum ke panjang gelombang lebih panjang. Hal ini dapat
disebabkan oleh perubahan pelarut atau adanya suatu auksokrom. Geseran ke
panjang gelombang yang lebih panjang mencerminkan fakta bahwa electron dalam
suatui system tergabung (terkonjugasi) kurang kuat terikat daripada dalam suatu
system tak tergabung.
Pergeseran biru atau efek hipokromik merupakan
pergeseran ke panjang gelombang lebih pendek. Hal ini disebabkan oleh perubahan
pelarut atau adanya konjugasi dari electron pasangan bebas pada atom nitrogen
anilia dengan system ikatan π cincin benzene dihilankan dengan adanya
protonasi. Anilia menyerap pada 230nm ( ε 8600) tetapi dalam larutan asam puncak
utamanya hamper sama dengan benzene yaitu 203nm ( ε 7500), terjadi pergeseran
biru.
Efek hiperkromik→kenaikan dalam intensitas serapan
Efek hipokromik→penurunan dalam intensitas serapan
Berkas radiasi dikenakan pada cuplikan dan intensitas
radiasi yang ditransmisikan diukur. Radiasi yang diserap oleh cuplikan
ditentukan dengan membandingkan intensitas dari berkas radiasi yang
ditransmisikan bila spesies penyerap tidak ada dengan intensitas yang
ditransmisikan bila spesies penyerap ada. Kekuatan radiasi dari berkas cahaya
sebanding dengan jumlah foton per detik yang melalui satu satuan luas
penampang. Jika foton yang mengenai cuplikan tenaga yang sama dengan yang
dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenaga, maka serapan dapat
terjadi.
Tingkat kejadian absorbsi tergantung pada:
Ø Jarak yang diarungi radiasi melewati larutan itu
Ø Panjang gelombang radiasi
Ø
Sifat dasar
spesies molekul dalam larutan.
E.
Instrumen
Untuk Pengukuran Absorbsi Di Daerah Ultra Violet
Jenis-jenis
instrument untuk pengukuran absorbs.
1. Tabung
Nessler
Tabung
nessler adalah tabung gelas besar yang dasarnya rata dengan ukuran tinggi
175-200 mm dan garis tengah 25-32 mm dan garis tengah 21-25 mm.
2. Kolorimeter
Dubosq
Kolorimeter
dubosq menggunakan prinsip yang serupa dengan tabung nessler yaitu
membandingkan warna lautan analit dengan warna larutan standar. Akan tetapi,
suatu alat pembanding yang dilengkapi teropong disunakan di dalam kolorimeter
dubosq.
3. Fotokolorimeter
Fotokolorimeter
berguna untuk penentuan konsentrasi larutan berwarna seperti metode sebelumnya.
Akan tetapi, alat yang digunakan di sini mempunyai komponen-komponen yang lebih
rumit dari kolorimeter dubosq.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar